Jakarta, 29 Oktober 2025 — Blue Abadi Fund (BAF) kembali menggelar Rapat Komite Tata Kelola (Governance Committee/GC) ke-18 yang diselenggarakan di kantor Yayasan KEHATI, Jalan Benda Alam, Jakarta Selatan. Pertemuan ini menjadi forum penting bagi para pemangku kepentingan BAF untuk meninjau perkembangan pelaksanaan program konservasi hingga September 2025 sekaligus merumuskan arah strategis ke depan, termasuk rencana pembukaan siklus hibah ke-6 yang dijadwalkan pada tahun 2026.
Dalam pertemuan tersebut, Yayasan KEHATI selaku Administrator BAF memaparkan laporan komprehensif mengenai capaian program di wilayah Bentang Laut Kepala Burung (BLKB) Papua Barat dan Papua Barat Daya. Berbagai kegiatan yang dijalankan sepanjang tahun ini berfokus pada perlindungan kawasan konservasi seluas 5,2 juta hektar, pendidikan lingkungan hidup dan program pemberdayaan yang melibatkan masyarakat adat lokal Papua, serta perlindungan terhadap spesies dilindungi dan ekosistem kritis. Selain itu, BAF juga melaporkan kemajuan rencana program penjangkauan (outreach program) untuk memperkuat kolaborasi dan meningkatkan dukungan pendanaan bagi upaya konservasi yang berkelanjutan di wilayah BLKB.
Rapat ini turut membahas perkembangan terkini dari nilai investasi endowment fund yang menjadi sumber pendanaan jangka panjang bagi kegiatan konservasi laut di Papua. Melalui skema endowment ini, BAF memastikan keberlanjutan dukungan kepada lembaga-lembaga mitra lokal dan masyarakat adat yang berperan penting dalam menjaga kelestarian ekosistem laut.
Rapat Governance Committee ke-18 dihadiri langsung oleh sejumlah pemangku kepentingan utama, antara lain Riki Frindos (Direktur Eksekutif Yayasan KEHATI), Rony Megawanto (Direktur Program Yayasan KEHATI), Indra Gunawan (Direktur Keuangan Yayasan KEHATI), serta Ketua Governance Committee BAF, Dr. Kusdiantoro dari Kementerian Kelautan dan Perikanan. Hadir pula Wakil Gubernur Papua Barat, Mohamad Lakotani, yang secara resmi bergabung sebagai anggota baru GC BAF mewakili pemerintah daerah, bersama anggota lainnya yaitu Frida Kelasin, Meity Mongdong, Sarah Whitemore dari Nia Tero, serta para anggota Governance Committee dan Advisory Committee BAF yang berpartisipasi secara daring.
Dalam sambutannya, Riki Frindos menyampaikan ucapan selamat datang kepada Wakil Gubernur Papua Barat yang untuk pertama kalinya hadir dalam rapat GC BAF di kantor KEHATI. “Kami menyambut dengan hangat kehadiran Bapak Mohamad Lakotani dan bergabungnya beliau sebagai anggota Komite Tata Kelola BAF. Harapan besar kita adalah BAF dapat semakin eksis dan memberikan manfaat yang luas, terutama dalam pemberdayaan masyarakat lokal Papua serta memperkuat berbagai upaya perlindungan kawasan konservasi di Bentang Laut Kepala Burung,” ujarnya.
Sementara itu, Wakil Gubernur Papua Barat Mohamad Lakotani menyampaikan apresiasi atas peran BAF sebagai mekanisme pendanaan jangka panjang yang menopang kelestarian sumber daya laut di Papua Barat dan Papua Barat Daya. “Sebagai perwakilan pemerintah daerah, kami memandang Blue Abadi Fund sebagai mitra strategis yang memberikan kontribusi nyata dalam menjaga kekayaan laut dan memberdayakan masyarakat adat yang hidup berdampingan dengan alam. Ke depan, kami berharap kolaborasi ini dapat terus diperkuat sehingga upaya konservasi yang dijalankan tidak hanya berdampak pada pelestarian lingkungan, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir. Pemerintah Papua Barat siap berkomitmen untuk mendukung keberlanjutan program BAF dan menjadikan wilayah Bentang Laut Kepala Burung sebagai model pengelolaan kawasan konservasi yang inklusif dan berkelanjutan,” paparnya.
Selain membahas laporan kemajuan dan rencana program, rapat ini juga menyetujui dokumen Strategi Komunikasi Blue Abadi Fund 2025–2030 yang akan menjadi panduan dalam memperkuat identitas dan visibilitas BAF sebagai lembaga pendanaan konservasi berkelanjutan. Strategi ini berfokus pada penguatan identitas BAF sebagai lembaga pengelola dana hibah (grant-making institution) yang memastikan keberlanjutan pembiayaan untuk konservasi laut dan pemberdayaan masyarakat lokal, menyoroti dampak nyata program melalui penceritaan berbasis bukti, memperluas pelibatan masyarakat adat lokal Papua dan mobilisasi para pemangku kepentingan mulai dari masyarakat adat hingga mitra donor, serta menciptakan peluang advokasi dan pengaruh kebijakan untuk memperkuat hasil-hasil konservasi di tingkat nasional maupun daerah.
Rapat Governance Committee ke-18 ini juga menandai rencana persiapan pembukaan Siklus Hibah ke-6 Blue Abadi Fund pada November mendatang, dengan anggaran yang telah disetujui untuk mendukung berbagai program konservasi laut, perlindungan spesies, pemberdayaan masyarakat adat, dan pendidikan lingkungan di Papua Barat dan Papua Barat Daya. Melalui mekanisme hibah ini, BAF berkomitmen untuk terus memperkuat peran mitra lokal dan memastikan keberlanjutan upaya konservasi di tingkat tapak.
Sejak diluncurkan pada 2017, Blue Abadi Fund yang dikelola oleh Yayasan KEHATI dengan dukungan mitra internasional seperti Conservation International, The Nature Conservancy, dan WWF telah menjadi model pendanaan konservasi laut berkelanjutan pertama di Indonesia. Dana abadi ini memastikan keberlanjutan pendanaan bagi pengelolaan kawasan konservasi laut di wilayah Bentang Laut Kepala Burung, salah satu pusat keanekaragaman hayati laut terkaya di dunia. Dengan capaian yang telah diraih serta arah strategis yang disepakati dalam rapat kali ini, BAF dan seluruh mitra berkomitmen untuk terus menjaga keberlanjutan ekosistem laut Papua, memberdayakan masyarakat adat, dan memastikan manfaat konservasi dapat dirasakan secara adil dan berkelanjutan oleh generasi mendatang.
