Raja Ampat (10/2025) –Yayasan Keanekaragaman Hayati Indoesia (KEHATI), bersama dengan Direktorat Jenderal Pengelolaan Kelautan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (DJPK KKP), melalui Program Blue Abadi Fund (BAF) melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi (Monev) terhadap implementasi Perjanjian Kerja Sama (PKS) di Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya.

David Kuntel, Team Leader Blue Abadi Fund (BAF) KEHATI menjelaskan, kegiatan monev berlangsung sejak tanggal 22–24 September 2025 ini menjadi momentum penting untuk menilai efektivitas dukungan teknis dan pendanaan dalam perlindungan serta pengelolaan kawasan pesisir dan laut, khususnya di wilayah Bentang Laut Kepala Burung (BLKB). “Kehadiran peserta monev dari berbagai latar belakang membuktikan kuatnya komitmen kolaborasi dalam menjaga keanekaragaman hayati laut yang menjadi penopang kehidupan masyarakat setempat,” ujarnya.

Dia menjelaskan rangkaian kegiatan dimulai pada tanggal 22 September 2025 dengan pertemuan bersama pimpinan dan staf BLUD UPTD Pengelolaan Kawasan Konservasi Raja Ampat. Selanjutnya, kegiatan monev yang melibatkan mitra penerima hibah BAF baik kategori Primary dan juga Inovasi, serta pemangku kepentingan lokal, dalam hal ini kelompok masyarakat desa pesisir. Dalam pelaksanaan monev, Tim Gabungan dari KKP dan Yayasan KEHATI melakukan desk review, kunjungan lapangan, serta Focus Group Discussion (FGD) bersama para mitra. Beberapa lokasi prioritas dikunjungi antara lain Kawasan Konservasi Perairan di wilayah Raja Ampat, Kampung Sauwandarek, Kampung Arborek, dan destinasi unggulan Piaynemo.

Selanjutnya, pada tanggal 23 September 2025 Tim Monev meninjau program rehabilitasi terumbu karang yang diinisiasi Yayasan Orang Laut Papua di Kampung Sauwandarek. Sementara itu, di Kampung Arborek, Tim monev melihat secara langsung upaya pengelolaan rehabilitasi mangrove serta pemberdayaan kelompok perempuan melalui Kelompok Molobin Raja Ampat (MORA) yang menjadi contoh nyata dukungan hibah BAF mendorong masyarakat lokal untuk terlibat aktif dalam konservasi dan penguatan ekonomi keluarga.

Diskusi interaktif dengan para mitra mengungkap sejumlah tantangan, mulai dari kebutuhan peningkatan kapasitas teknis hingga keberlanjutan pendanaan, namun sekaligus menampilkan berbagai pembelajaran yang bisa direplikasi di lokasi lain.

Hasil monitoring juga menyoroti peran penting BLUD UPTD Pengelolaan Kawasan Konservasi Raja Ampat sebagai mitra strategis penerima hibah BAF sejak siklus pertama tahun 2017 hingga saat ini. UPTD tersebut berupaya untuk memperkuat tata kelola kawasan konservasi, memfasilitasi wisata bahari berkelanjutan, dan menjalin sinergi dengan organisasi lokal seperti Yayasan Misool Ekosistem Regenerasi, Yayasan Penyu Papua, dan Yayasan Bumi Papua Lestari. Kolaborasi multipihak yang ditunjukkan di Kawasan Konservasi Perairan di wilayah Raja Ampat menjadi bukti konkret bahwa konservasi tidak hanya menjaga ekosistem, tetapi juga dapat menghadirkan manfaat ekonomi melalui pariwisata berbasis masyarakat. Hasil Monev ini diarahkan untuk menekankan pentingnya penyusunan rekomendasi berbasis data dan pengalaman lapangan sebagai dasar perpanjangan PKS antara KEHATI KKP dan untuk periode berikutnya. Rekomendasi tersebut meliputi penguatan peran kelompok masyarakat, pengembangan inovasi rehabilitasi ekosistem, serta mekanisme pembiayaan jangka panjang yang inklusif.

Monev 2025 ini akan merefleksikan komitmen bersama dalam menjaga keberlanjutan laut di Kawasan Konservasi Perairan Raja Ampat, yang tidak hanya dikenal sebagai pusat keanekaragaman hayati laut dunia tetapi juga rumah bagi masyarakat adat yang menggantungkan hidupnya pada sumber daya alam. Dengan dukungan teknis, pendanaan, dan jejaring multipihak, harapannya model pengelolaan kolaboratif yang dikembangkan melalui Blue Abadi Fund dapat terus diperkuat dan menjadi rujukan nasional bahkan internasional dalam upaya konservasi laut berbasis masyarakat.

[brhnd.dn]