Bentang Laut Kepala Burung

Bentang Laut Kepala Burung (BLKB) adalah jaringan lebih dari dua puluh Kawasan Konservasi (KK) yang mencakup 5,2 juta hektar ekosistem laut penting yang ditujukan dan dikelola untuk melindungi beberapa habitat laut yang paling beragam di dunia sembari memastikan ketahanan pangan dan manfaat ekonomi yang berkelanjutan bagi masyarakat adat dan masyarakat lokal Papua.

icon-biodiversity

Keanekaragaman Hayati

Bentang Laut Kepala Burung (BLKB) sagai pusat keanekaragaman hayati laut dunia menjadi prioritas upaya konservasi nasional dan internasional. BLKB mencakup lebih dari 2.500 pulau tersebar sepanjang 225.000 km2 (atau 22.5 juta hektar), dan merupakan rumah bagi sekitar 75% dari spesies karang keras dunia. Wilayah perairan BLKB merupakan habitat bagi penyu laut dan mamalia laut yang terancam punah.

icon-people

Masyarakat

Kekayaan sumber daya alam di BLKB menyokong penghidupan dan ketahanan pangan lebih dari  270.000 orang yang hidup di wilayah pesisir. Masyarakat pesisir di wilayah BLKB sangat bergantung kepada sumber daya perairan dengan perikanan tangkap yang merupakan sumber penghasilan dari hampir sepertiga total rumah tangga dan sumber utama dari penyediaan protein bagi sekitar 69% rumah tangga. 

icon-money

Ekonomi

Melalui perikanan berkelanjutan dan pariwisata berkelanjutan, ekosistem laut di Bentang Laut Kepala Burung sangat penting bagi perekonomian lokal, menyediakan lapangan pekerjaan bagi lebih dari setengah rumah tangga pesisir. 

Kontribusi Blue Abadi Fund untuk Bentang Laut Kepala Burung (2017-2022)

Pengelolaan Marine Protected Area (MPA) Diterapkan Secara Berkelanjutan

Boat (2)

1.8

patroli per minggu

dilakukan oleh pemerintah mencakup total sekitar 1,35 juta ha dari 7 sub-MPA

Boat (2)

4.444

patroli

dilakukan oleh komunitas mencakup total sekitar 0,5 juta ha dari 3 MPA

Pelanggaran

832

pelanggaran tercatat

oleh patroli MPA dan komunitas

Indikator Kinerja: Patroli komunitas/pemerintah dilakukan minimal sekali per minggu di setiap MPA yang menerima dana dari Blue Abadi Fund.

Pendidikan dan Penjangkauan

Children (2)

10.058

anak-anak

berpartisipasi dalam program pendidikan lingkungan

Village (1)

162

desa

diadakan untuk program pendidikan lingkungan

Community (1)

148

komunitas

berpartisipasi dalam program penyuluhan konservasi

icon-population

11,290

orang

berpartisipasi dalam program penyuluhan konservasi

Indikator Kinerja:
1. Pada tahun 2021, program pendidikan lingkungan ditargetkan untuk setidaknya 10.000 anak-anak dan remaja di seluruh BHS.
2. Program penyuluhan konservasi disampaikan di setidaknya 50 komunitas.

Konservasi Spesies dan Ekosistem

Turtle Old

11,411

sarang Penyu Hijau
(Chelonia mydas)

yang dipantau dan dilindungi di Pulau Piai, Raja Ampat

Turtle

909,537

tukik

yang dihasilkan di Pulau Piai, Raja Ampat

Turtle Old

14,061

sarang penyu

yang dipantau dan dilindungi di Tambrauw

Turtle

269,137

tukik

yang dihasilkan di Tambrauw

icon-population

674

Orang Papua

Menerima pelatihan untuk mendukung pengembangan ekonomi

Woman (1)

464

wanita

termasuk yang mengikut pelatihan

Indikator Kinerja:
Dua pantai penyu kritis (Sayang Piai dan Tambrauw) di seluruh BHS untuk penyu kulit pacifik, hijau, karah, dan penyu ridley zaitun dikelola, dipantau, dan dilindungi secara efektif.
Produksi tukik stabil atau meningkat dibandingkan dengan data dasar yang tersedia (2008-2013) di Piai, Raja Ampat: 1.477 sarang & 102.664 tukik yang dihasilkan.

Pengembangan Jaringan, Koordinasi dan Kapasitas Di Tingkat Bentang Laut Kepala Burung

Community (1)

939

praktisi konservasi

menerima pelatihan pengembangan kapasitas

Woman (1)

20.8%

dari total peserta
adalah wanita

yang mengikut pelatihan pengembangan kapasitas

Community (1)

70%

dari total peserta adalah
orang lokal Papua

yang mengikut pelatihan pengembangan kapasitas sebanyak 657 orang.

Indikator Kinerja: Pelatihan dan program pengembangan kapasitas konservasi laut dan pengelolaan sumber daya dilakukan untuk setidaknya 50 praktisi MPA, perikanan, dan pemangku kepentingan lainnya, dengan minimal 25% perempuan dan 50% orang Papua tradisional.