Hingga semester kedua di tahun 2020, Pandemi Covid 19 telah memukul mundur beragam lini kehidupan. Bahkan menghentikan laju beberapa sektor diantaranya. Meskipun demikian, masih ada ruang-ruang pekerjaan yang tidak bisa serta merta berhenti. Perlindungan terhadap kelestarian kelautan di wilayah Kepala Burung Papua Barat misalnya.
Merespon hal tersebut, KEHATI sebagai Administrator Blue Abadi Fund (BAF) telah berupaya untuk memastikan rangkaian program tetap berjalan dan keputusan penting tetap dapat disepakati. Seperti halnya menggelar pertemuan Government Committee (GC) dengan menggunakan teknologi komunikasi dan menjalankan protokol kesehatan. Upaya adaptasi ini dilakukan agar keputusan-keputusan penting terkait jalannya upaya perlindungan di wilayah Kepala Burung Papua tidak terhenti.
Digelar pada 3 September 2020, pertemuan GC ke-8 telah menghubungkan seluruh anggota GC sebagai pengambil keputusan tertinggi, anggota komite-komite penasehat (SCAC, LRC, dan IAC) dan administrator Blue Abadi Fund, baik yang berada di Jakarta, Bali, Papua, New Zealand, maupun Amerika Serikat. Pertemuan ini menghasilkan beberapa keputusan penting. Keputusan pertama adalah disepakatinya siklus hibah off-cycle atau hibah luar siklus yang akan diberikan kepada 4 mitra. Fokus kegaitan pada siklus ini adalah patroli kawasan konservasi perairan daerah dan adat, serta monitoring satwa kunci. Kegiatan ini penting untuk terus dijalankan karena pencurian ataupun pengerusakan sumber daya alam masih saja terjadi pada masa pandemi.
Keputusan kedua adalah disepakatinya perubahan beberapa pasal pada Manual Operasional BAF. Diantaranya yaitu, (i) masuknya Nia Tero menjadi anggota GC baru sebagai tindak lanjut dukungan organisasi ini pada BAF, (ii) adanya “rasio hibah” khusus untuk pendanaan bagi organisasi masyarakat sipil Papua Barat termasuk Dewan Adat, dan (iii) penyempurnaan ruang lingkup tugas Science and Conservation Advisory Committee (SCAC) and Local Representative Community (LRC) untuk bersama-sama memberikan pertimbangan dalam penilaian proposal yang masuk untuk mengakses pendanaan BAF. Adanya peran SCAC dan LRC ini diharapkan dapat menciptakan keseimbangan kriteria penilaian proposal, antara aspek teknis konservasi kelautan, sosial, pengelolaan KKP, serta aspek budaya, masyarakat adat, dan gender. Melalui perspektif baru ini, peran masyarakat lokal akan menjadi sangat penting dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, serta keberlanjutan program konservasi di Bentang Laut Kepala Burung, Papua Barat.